Contact us on (0322) 322356

Detail

Skala dan Ambivalensi Bunuh Diri

Example blog post alt

Bunuh DIRI merupakan tindakan menyakiti diri dengan tujuan adalah kematian. Banyak sekali penyebab orang melakukan tindakan bunuh diri bisa karena keputusasaan, depresi, bullying, masalah sosial dan lain-lain.

Kita harus waspada bahwa secara teori tindakan bunuh diri itu selalu memberi tanda, yang dalam ilmunya disebut dengan singkatan SIRS (Suicide Intention Rating Scale).

Detailnya, skala itu 0 artinya tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan  sekarang. Skala 1 sudah ada ide untuk bunuh diri tidak ada percobaan bunuh diri (biasanya ada orang yang mengatakan, bunuh diri ngene iki enak paling).

Skala 2 diartikan sudah aktif memikirkan bunuh diri (sudah sampai memikirkan cara bunuh diri) tapi belum mencoba melaksanakan bunuh diri. Skala 3 sudah mengancam dan merencanakan untuk melakukan bunuh diri tapi belum secara aktif melakukanya (biasanya dengan menancam, tinggalkan saya sendiri saya akan bunuh diri).

Berikutnya, skala 4 sudah aktif untuk mencoba dan melakukan percobaan bunuh diri. Nah, untuk kita ketahui dan pahami bahwa kita harus benar-benar memperhatikan tanda dan gejala diatas,  jangan sampai kita lengah apalagi kita petugas kesehatan, dan juga sebagai bagian dari keluarga, karena saat klien sudah mengatakan ada keinginan bunuh diri kita harus meresponya dengan serius.

Karena bisa jadi kalau respon kita kurang dan kita anggap itu adalah candaan bisa jadi kita akan terlambat untuk menolongnya, jangan sampai terjadi, karena pada dasarnya saat ada seseorang mengungkapkan keinginan bunuh diri, itu adalah ungkapan tangisan minta tolong bahwa dirinya sudah tidak kuat untuk memikul dan menahan bebanya, dan kita lah sebagai penolongnya.Pada keinginan bunuh diri juga akan selalu ada yang disebut ambivalensi.

Misalnya   keinginan untuk mati tapi juga masih ada keinginan untuk hidup, istilahnya bagai makan buah simalakama, tidak dimakan ibu mati dimakan bapak mati. Ada kebimbangan yang luar biasa dan peran kita monggo kita bisa menjadi pendengar yang baik dan kemudian mampu untuk kembali meningkatkan harga diri dan motivasi hidupnya.

Masyarakat di sekitar kita dimasa sekarang ini, banyak sekali kita temukan kurangnya daya juang, mudah menyerah, mudah frustasi dan ingin selalu berada di zona nyaman, dimana banyak diantara mereka yang menutupinya dengan berpura-pura bahagia didepan kamera, di media sosialdan semisalnya, padahal sebenarnya kebahagiaan dari sebagian mereka adalah kebahagiaan semu dan hanya kepura-puraan, apakah saat mereka sendiri dalam kesendirian, perenungan dikeheningan malam, mereka benar-benar merasakan kebahagiaan itu? Ini bisa menjadi salah satu tolok ukur kebahagiaan.

Sehingga monggo kita semuanya, untuk bisa meningkatkan kembali motivasi apapun itu dalam mengisi hidup dan kehidupan, monggo kembali bisa untuk berjuang dan berusaha semaksimal mungkin untuk kita menjadi lebih baik.

Karena hidup kita ini berharga, maka isilah dengan motivasi-motivasi kebaikan untuk menggapai cita-cita, jangan pernah mengganggap hidup ini terlalu murah sehingga kita isi dengan keputusasaan yang keengganan dalam melakukan kebaikan, apalagi mempunyai keinginan untuk bunuh diri, Naudzubillah, semoga kita semuanya terhindar dari keinginan-keinginan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Bismillah, wallahulambishawwab (*)